Data inflasi terbaru Indonesia untuk bulan Desember telah dirilis, yan sedikit naik namun tetap di atas target Bank Indonesia (BI).
Data ini menunjukkan bahwa, angka inflasi Indonesia telah berada di atas target BI untuk tujuh bulan berturut-turut.
Angka inflasi tahunan naik menjadi 5,51 persen untuk bulan Desember, lebih tinggi dari bulan November di 5,42 persen.
Angka Inflasi Indonesia Masih Cenderung Naik
Berdasarkan laporan Reuters, kenaikan angka inflasi untuk bulan Desember disebabkan oleh tingginya belanja rumah tangga karena memasuki masa libur akhir tahun.
Angka ini memang sedikit naik, namun masih tetap di atas target BI di 2 hingga 4 persen. Sementara, pertemuan bank sentral sebelumnya telah memperkirakan inflasi Desember tidak akan lebih dari 5,4 persen. Namun, perkiraan ini telah terlampaui.
Sebelumnya, BI telah menaikkan kebijakan suku bunga sebesar 200 basis poin pada bulan Agustus hingga Desember. Itu bertujuan untuk membawa inflasi ke dalam kisaran targetnya tahun ini, namun tampak masih sulit untuk terwujud.
“Harga bulan Desember ditopang oleh kenaikan harga bahan bakar, tiket pesawat, sewa rumah, serta bahan makanan seperti beras dan telur,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono.
Lanjut dikatakan, tingkat inflasi inti tahunan yang tidak menyertakan harga yang dalam kendali Pemerintah dan harga makanan non-stabil, naik tipis di 3,36 persen. Sebelumnya ada di 3,30 persen.
Meski begitu, angka inflasi Indonesia masih dapat dikatakan lebih baik dibandingkan beberapa negara Asia Tenggara. Terlebih, perputaran ekonomi dalam negeri masih cukup baik untuk dapat dikatakan masuk dalam kategori “ekonomi yang lesu.”
Pengembangan Blok Gas di Perairan Tiongkok Selatan
Di sisi lain, Indonesia telah menyetujui rencana pertama pengembangan blok gas laut Tuna di Tiongkok Selatan dengan total investasi sebesar US$3,07 milyar.
SCMP melaporkan bahwa, besaran investasi tersebut ditujukan untuk pengembangan proyek hingga dimulianya produksi gas. Nantinya, ini akan dioperasikan oleh unit lokal Harbour Energy yang terdaftar di London, Inggris.
“Diharapkan, produksi dari blok gas laut tersebut akan mencapai produksi puncak 115 juta standar kaki kubik per hari pada tahun 2027… Hasilnya diperkirakan akan diekspor ke Vietnam mulai tahun 2026,” ujar Juru Bicara SKK Migas, Mohammad Kemal.
Menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, blok gas ini tidak hanya akan membawa manfaat ekonomi bagi tanah air, tetapi juga memantapkan hak maritim Indonesia atas wilayah laut tersebut.
“Akan ada aktivitas di kawasan perbatasan yang merupakan salah satu titik panas geopolitik dunia… Angkatan Laut Indonesia juga akan ikut mengamankan proyek hulu migas sehingga secara ekonomi dan politik menjadi penegasan kedaulatan Indonesia,” ujar Soetjipto. [st]