Samsung mencatat laba operasinya anjlok drastis dalam tiga bulan terakhir tahun 2022, yakni turun 69 persen ke level terendah dalam delapan tahun.
Dalam periode tersebut produsen chip memori, smartphone, dan TV terbesar di dunia hanya akan meraup keuntungan sekitar 4,3 triliun won (US$3,4 miliar)
Melansir dari BBC, penurunan laba ini terjadi ketika perlambatan ekonomi global memukul harga chip memori dan permintaan gadget elektronik.
“Raksasa teknologi di seluruh dunia telah terpukul dalam beberapa bulan terakhir karena konsumen mengencangkan ikat pinggang mereka,” tulis BBC, baru-baru ini.
Jika dihitung, anjloknya pendapatan itu adalah laba kuartalan terendah Samsung sejak 2014 dan meleset dari ekspektasi investor sekitar 5,9 triliun won.
Perusahaan Korea Selatan mengatakan melihat penurunan permintaan yang lebih besar dari perkiraan untuk chip komputer karena pelanggan memotong stok komponen utama untuk perangkat digital.
“Untuk bisnis memori, penurunan permintaan kuartal keempat lebih besar dari yang diperkirakan karena pelanggan menyesuaikan persediaan dalam upaya mereka untuk memperketat keuangan lebih lanjut,” kata Samsung dalam pernyataannya.
“Penjualan dan pendapatan smartphone menurun karena lemahnya permintaan akibat masalah makro yang berkepanjangan,” tambahnya.
Samsung dijadwalkan untuk menerbitkan laporan keuangan lengkapnya pada 31 Januari nanti.
Dampak Ekonomi Global Terhadap Perusahaan Teknologi Besar
Ini adalah perusahaan teknologi besar terbaru yang mengungkapkan bagaimana kelemahan dalam ekonomi global berdampak pada bisnisnya.
Penjualan juga melambat setelah permintaan melonjak selama pandemi ketika pelanggan di rumah menghabiskan banyak uang untuk online.
Puluhan ribu pekerjaan hilang di seluruh industri teknologi global, di tengah penjualan yang melambat dan meningkatnya kekhawatiran tentang penurunan ekonomi.
Minggu ini Amazon mengatakan akan memangkas lebih dari 18.000 pekerjaan, jumlah terbesar dalam sejarah perusahaan, karena memangkas biaya.
Pada bulan November lalu, Meta mengumumkan akan memangkas 13 persen tenaga kerjanya.
PHK massal pertama dalam sejarah perusahaan media sosial itu akan mengakibatkan 11.000 karyawan, dari 87.000 karyawan di seluruh dunia, kehilangan pekerjaan.
Kepala eksekutif Meta Mark Zuckerberg mengatakan pemotongan itu adalah perubahan paling sulit yang kami buat dalam sejarah Meta.
Berita itu menyusul PHK besar-besaran di Twitter, yang memangkas sekitar setengah stafnya setelah multimiliuner Elon Musk mengambil kendali perusahaan pada Oktober. [BAB]