Perusahaan terbuka atau public company adalah perusahaan yang memiliki saham yang diperdagangkan di bursa saham.
Namun, tidak semua perusahaan terbuka selalu ingin mempertahankan status mereka sebagai perusahaan publik. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan terbuka memutuskan untuk berubah menjadi private.
Perusahaan Terbuka Beralih Menjadi Private
Alasan pertama adalah privatisasi dapat membantu perusahaan menghemat biaya. Sebagai perusahaan terbuka, perusahaan harus memenuhi persyaratan pemerintah dan regulator seperti Bursa Efek Indonesia (BEI).
Persyaratan tersebut termasuk laporan keuangan publik, audit independen, pengungkapan informasi publik dan lain-lain. Proses pengungkapan informasi ini memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar.
Dalam beberapa kasus, biaya ini bahkan bisa lebih besar daripada manfaat yang didapat dari tetap menjadi perusahaan publik.
Alasan kedua adalah privatisasi dapat membantu perusahaan mengurangi tekanan dan jangkauan para investor. Para investor membeli saham perusahaan dengan harapan mendapatkan keuntungan dari perusahaan.
Sebagai perusahaan terbuka, perusahaan harus memberikan laporan keuangan setiap tiga bulan dan menjawab pertanyaan dari para investor. Hal ini dapat menimbulkan tekanan dan jangkauan yang lebih besar daripada yang diinginkan oleh perusahaan.
Dengan menjadi perusahaan private, perusahaan dapat mengurangi tekanan dan jangkauan dari para investor dan fokus pada pertumbuhan jangka panjang.
Alasan ketiga adalah privatisasi dapat membantu perusahaan mengurangi ketidakpastian dan risiko hukum. Sebagai perusahaan terbuka, perusahaan terbuka pada risiko tuntutan hukum dari para pemegang saham yang kecewa atau merasa dirugikan.
Risiko ini dapat meningkat terutama jika kinerja perusahaan tidak memenuhi harapan investor. Dengan menjadi perusahaan private, risiko hukum ini dapat dikelola dan diurangi.
Namun, ada juga dampak negatif dari privatisasi bagi perusahaan dan para pemegang saham. Pertama, privatisasi dapat membuat perusahaan kehilangan akses ke modal dari pasar modal.
Sebagai perusahaan private, perusahaan tidak lagi dapat menjual saham mereka ke masyarakat umum. Karena itu, mereka harus mencari sumber dana dari pihak lain seperti bank atau investor swasta.
Kedua, privatisasi dapat menurunkan likuiditas saham perusahaan. Sebagai perusahaan private, saham mereka tidak lagi diperdagangkan di bursa saham sehingga pemegang saham tidak dapat dengan mudah menjual saham mereka.
Itu dapat menyebabkan kesulitan bagi pemegang saham yang ingin menjual saham mereka dalam jangka pendek.
Contoh perusahaan yang mengalami perubahan dari perusahaan terbuka menjadi private adalah produsen air mineral pertama di Indonesia, Aqua.
Aqua merupakan salah satu merek air mineral terbesar di Indonesia yang dimiliki oleh perusahaan terbuka, PT Aqua Golden Mississippi Tbk.
Namun, pada tahun 2020, Aqua mengumumkan bahwa mereka akan menjadi perusahaan private setelah diakuisisi oleh perusahaan asal Prancis, Danone.
Pengambilan keputusan ini dilakukan oleh Danone setelah mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi COVID-19.
Danone memutuskan untuk fokus pada produk-produk yang memenuhi permintaan konsumen selama pandemi, seperti makanan dan minuman yang lebih sehat.
Karena itu, mereka memutuskan untuk mengambil alih Aqua untuk memperkuat portofolio produk mereka.
Selain itu, privatisasi Aqua juga dilakukan untuk membantu perusahaan menghemat biaya. Sebagai perusahaan terbuka, Aqua harus memenuhi persyaratan pengungkapan informasi publik dan laporan keuangan setiap tahunnya. Hal ini memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu yang cukup lama.
Sebagai perusahaan private, Aqua tidak lagi harus memberikan laporan keuangan secara publik dan informasi lainnya yang berkaitan dengan bisnis mereka secara terbuka.
Hal ini dapat membantu perusahaan menghemat biaya dan mempertahankan keuntungan yang lebih besar.
Namun, dampak negatif dari privatisasi Aqua juga harus dipertimbangkan. Sebagai perusahaan private, Aqua tidak lagi dapat menjual saham mereka ke masyarakat umum. Karena itu, mereka harus mencari sumber dana dari pihak lain seperti bank atau investor swasta.
Hal ini dapat mempengaruhi akses Aqua ke modal dan mengurangi likuiditas saham perusahaan. Namun, dengan dukungan dari Danone, Aqua diyakini akan dapat mengatasi masalah ini.
Kesimpulan
Privatisasi dapat menjadi pilihan yang baik bagi perusahaan terbuka yang ingin fokus pada pertumbuhan jangka panjang dan mengurangi tekanan dan risiko dari para investor.
Namun, perusahaan harus mempertimbangkan dampak negatif privatisasi seperti kehilangan akses ke modal dari pasar modal dan penurunan likuiditas saham.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan analisis yang matang dan mempertimbangkan semua faktor sebelum memutuskan untuk beralih menjadi perusahaan private. [st]