Indeks pasar saham IHSG sepanjang tahun ini telah cukup turun dari puncaknya, membuat investasi saham sebagai opsi yang meragukan bagi sebagian investor.
Puncak IHSG di tahun 2022 di kisaran 7.276, sementara pada saat penulisan, kini berada di kisaran 6.871. Ini menandakan kenaikan 4,43 persen sejak awal tahun ini.
Di bulan Juni 2022, IHSG gagal melesat setelah kembali merosot sebelum menyentuh angka 7.000, menandakan sentimen belum begitu baik untuk kembali melesat.
Haruskah Investasi Saham di Tahun 2023, Atau Simpan Uang Saja?
Berdasarkan laporan Fool, investor global masih berfokus pada sikap The Fed yang diwaspadai akan kembali menaikkan suku bunga di tahun 2023.
Secara kasat mata, penyimpan uang terlihat lebih menggiurkan karena bunga yang dijanjikan. Terlebih, selera investor sedang menyusut, membuat banyak uang keluar dari pasar aset berisiko seperti saham.
Tidak hanya itu, kekhawatiran resesi di tahun depan, meski peluang terjadi adalah resesi kecil, tetap membuat orang-orang khawatir. Ada banyak uang tunai yang dipegang oleh para investor.
Namun, jika Anda adalah investor jangka panjang, kondisi pasar yang sedang merosot ini sebenarnya adalah tanda yang baik untuk mulai mengumpulkan aset.
Di Indonesia, meski tidak semua, saham telah mengalami penurunan yang cukup di atas rata-rata. Jika berpegang pada nasihat Opa Warren Buffett, maka harga saham saat ini sejatinya sedang didiskon.
Jika Anda benar-benar menunggu segalanya menjadi lebih baik untuk masuk ke pasar, Anda justru berpeluang ketinggalan mendapatkan harga yang murah sebelum itu benar-benar pulih.
Banyak disarankan, investor jangka panjang mulai mengakumulasi saham, investasi di dalamnya, dengan syarat saham tersebut memiliki prospek fundamental yang baik.
Untuk berjaga-jaga pada kondisi ekonomi di tahun 2023, tentu kita perlu memegang uang tunai, tetapi tidak 100 persen. Investasi tetap dilakukan dalam porsi yang layak.
Obligasi juga dapat menjadi alternatif dari simpan uang, namun dengan pengembalian yang lebih baik dari pada tabungan.
Fool melaporkan bahwa, sektor saham yang layak menjadi sorotan adalah sektor energi, terutama yang berhubungan dengan energi terbarukan.
Selain itu, ada sektor kesehatan, pembayaran digital (bank) dan teknologi. Sektor ritel pun bisa menjadi pilihan, tetapi biasanya tingkat pertumbuhannya akan cukup lambat.
Beberapa analis masih yakin bahwa Indonesia tidak akan mengalami resesi di tahun 2023 karena penopangnya masih kuat. Investasi saham masih terlihat menjanjikan. [st]